Update Status yang Merusak Amalan
Sedih rasanya kalau membaca status – status yang semacam itu. Belum begitu lama saya bergabung dengan salah satu jejaring sosial yang sempat membikin heboh dunia, sampai – sampai kisah kemunculannya ada yang memfilmkan, sering saya dapati status yang membuat hati ini sedih bahkan lebih kepada kekhawatiran saya terhadap teman – teman saya. Dari tadi kok nyebut status dan status, emang status yang macam apa sih yang mengkhawatirkan?
Ok. Pernah teman – teman mendapati teman anda mengupdate status seperti ini
“Ah terbangun jam 2 malam, saatnya wudhu dan curhat ma Allah”
“Alhamdulillah akhirnya buka juga, semoga puasa hari ini mendapat barokah”
“hhmmm, jam – jam segini hanya adzan magrib yg saya nanti – nanti, selamat berbuka”
“wah lemes banget hari ini, udah tadi ga sahur lagi”
“pengajiannya sedang menarik menariknya nih, tapi kok ngantuk ya”
“siap – siap sholat jum’at ah, biar dapat unta”
“akhirnya saya selesai juga melahap juz 30″
“rasanya damai setelah sholat tahajjud”
“besok enaknya sahur apa ya, habis gajian nih”
dan banyak lagi status – status yang sejenisnya. Subhanallah. Saya yakin teman – teman pernah mendapati status – status yang semacam itu, atau mungkin malah pernah menjadi pelaku..hihihihi.. Cobalah teman – teman kembali renungi dan resapi dari status – status yang saya contohkan di atas. Kira – kira ada yang salah ga sih?
Bukankah syarat paling utama suatu amalan diterima disisi Allah Subhanahuwata’ala adalah ikhlas? Maka tanpa rasa ikhlas amalan seseorang akan menjadi sia – sia pahala yang kita harapkan akhirnya terbang melayang begitu saja. Begitulah syaitan tiada henti – hentinya menyusun skenarion untuk menyerang dan menggoda manusia, mereka berusaha memalingkan dan menjauhkan kita dari keikhlasan salah satu contohnya adalah melaluli pintu riya’ yang banyak tidak disadari oleh kita. Riya’ adalah melakukan sesuatu amalan agar orang lain bisa melihatnya kemudian memuji dirinya, dan termasuk juga dalam riya’ adalah sum’ah yaitu melakukan suatu amalan agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan, sehingga pujian dan ketenaran pun datang. Bahaya riya’ bisa menjangkiti siapa saja bahkan orang alim pun tak luput dari serangannya. Begitu hebatnya bahaya riya’ ini membuat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam khawatir atasnya, beliau bersabda
“Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar”. Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab “(contohnya) adalah riya’”.
Bahkan bahaya riya’ ini lebih berbahaya dari fitnah dajjal, seperti sabda beliau Rasulallah, “Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada fitnah al masih ad dajjal?” Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda,
“Syirik khafi (tersembunyi), yaitu ketika seorang berdiri mengerjakan sholat, dia perbagus sholatnya karena mengetahui ada orang lain yan gmemperhatikannya”.
Suhanallah.. ayo teman – teman kita cek kembali apa tujuan kita menuliskan status – status semacam itu? Ingin pujiankah kita dari manusia? Haus ketenaran kah kita dari amal yang kita perbuat? Kebanggaaan dirikah ketika berhasil mendapat sanjungan atas amal yang kita lakukan? Atau ingin memperlihatkan bahwa kita ini seorang yang rajin ibadah? Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Tidakkah kita sadari bahwa apa yang kita sampaikan melalui status yang kita tuliskan bisa menghilangkan keikhlasan ibadah kita kepada Allah subhanahuwa ta’ala, karena kita termotivasi untuk lebih meningkatkan ibadah kita bukan karena Allah semata melainkan dari komentar pujian sanjungan atas status yang kita tuliskan. Bukankan amal kebaikan yang kita lakukan semata - mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah?
Marilah teman – teman kita renungi kembali apa – apa yang telah kita ucapkan melalui status yang kita tuliskan, tentunya kita tidak ingin kehilangan pahala yang telah kita niatkan sebelumnya bukan?
Pernah dulu saya mendengar pendapat dari salah satu seorang psikolog menanggapi mengenai tren jejaring sosial di Indonesia ini, kenapa selalu ramai. Salah satu faktor adalah watak dari manusia yang menginginkan sebuah pengakuan, nah dengan adanya jejaring sosial ini menjadi salah satu ruang untuk menunjukkan siapa kita. Namun alangkah meruginya kita sebagai muslim kalau media ini akhirnya menjerumuskan kita pada keburukan, dengan cara memamerkan amal – amal ibadah kita baik secara tersirat maupun tersurat. Wahai saudaraku aku menulis mengenai ini bukan karena aku pun orang yang paling bersih, bisa jadi ilmu teman – teman lebih tinggi dari saya. Tapi bukankah sesama muslim itu harus saling mengingatkan saling menasehati dalam kebaikan. Bukankah rasulullah mengatakan,
“Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka bukan termasuk mereka?”.
Maka teguran saya ini adalah bentuk rasa sayang saya bentuk perhatian saya terhadap kalian, saya tidak ingin teman – teman terjebak dalam perangkap setan yang tidak pernah kita sadari.
Maka tidak salah jika saya bersuudzon kepada kaum kafir yang tidak henti – henti nya membuat makar agar kaum ini (islam) menajdi hancur berantakan oleh dirinya sendiri, mereka tahu tidak bisa lagi melawan umat muslim yang begitu banyak dengan cara fisik. Mereka menyerang kita dengan makar – makar yang mereka buat. Bisa jadi jejaring sosial adalah salah grand desain mereka, jika itu menjadi tujuan mereka. Bukankah telah berhasil mereka merusak akhlak kaum muslimin, seperti yang saya contohkan di atas, seperti fitnah – fitnah yang dilancarkan melalui media ini bahkan ghibah pun telah menjadi suatu yang biasa. Padahal dosa – dosa atasnya tidaklah dosa yang ringan.
Oleh itulah teman – temanku tentunya kita bisa lebih bijak lagi memanfaatkan media ini. Biarlah amal kebaikan, ibadah yang kita lakukan hanya kita dan Allah Ta’ala saja yang tahu, tidak perlu kita pamer – pamerkan kalau akhirnya hanya akan merusak niat tulus kita. Jika kita bisa memahami salah satu sabda rasul,
“Jika saja ada orang yang sejak lahir sampai kematiannya selalu melakukan amal kebaikan dengan penuh keikhlasan maka dia akan menyesal ketika dibangkitkan karena sedikitnya amal yang dilakukan”
Lalu bagaimana dengan kita? Amal kebaikan yang kita lakukan belum tentu diterima disisi Allah Azza wajalla, maka jangan kita tambahi dengan perbuatan yang jelas – jelas bisa membatalkan amalan kita.
Ikhlas adalah satu amalan yang sangat berat. Fitnah dunia membuat hati ini susah untuk ikhlas. Marilah kita mencoba untuk merenungkan kembali setiap amalan kita, sudahkah terbebas dari maksud duniawi? Sudahkah semua murni ikhlas karena Allah Ta’ala? Jangan sampai ibadah yang kita lakukan siang dan malam menjadi sia – sia tanpa pahala. Urusan ikhlas memang berat, karena urusan niat dalam hati bukanlah hal yang mudah. Maka benar kata Sufyan ats Tsauri rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah aku berusaha untuk membenahi sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak balik”.
Hanya kepada Allah lah kita memohon petunjuk dan pertolongan.
Ah terbangun jam 9 malam, saatnya mengomentari postingan ini
kelingan wis tau disindir ro njenengan mas haha
Saling mengingatkan rif..
ak juga ga selamanya benar terus.
Lalu gunanya adzan apa bang?gunanya seruan sahur puasa?gunanya takbiran lebaran?bukankah kita harusnya bangga ibadah kita sampaikan agar orang2 ter’engah untuk jg melaksanakan.kalo nyampaikan ibadah dilarang,apa yg nyampaikan status kemewahan dunia,dan kegiatan kemaksiatan dibolehkan?.ayo kita pikir bareng2 lg bang sisi positifnya. ^_^
hehehe… itu beda konteks. Klo memamerkan ibadah yang bisa menjurumuskan kita ke dalam perkara riya’ saja kita perlu berhati hati. Rasulullah Saw pernah bersabda “Banggamu itu akan menghapus amalmu 70 tahun!” (HR. Dailami). Apalagi berbangga bangga dengan kemaksiatan. Hanya kepada Allah kita memohon perlindungan dari hal hal tersebut.
Intinya gini mas, kalau ikhlas… alhamdulillah, kalau riya, habis deeh.
Guna azan?? Nggak tau ya? Azan adalah pemberitahuan kalau waktu sholat sudah masuk, sekaligus berfunhsi untuk seruan melaksanakn panggilan Allah.
Seruan sahur puasa gunanya untuk menyeru kepada umat untuk melakukan santap sahur.
Nah, kalau status2 seperti yang disampaikan mas Dian S, itu bukan seruan, itu namanya PAMER, supaya dipuji dan lain sebagainya.
Nah, PAMER itu, termasuk Riya,
Itu lain lagi mas,,,,makanya baca dulu deh dri atas lagi-_-
mantap bener nie tulisan…
baiknya memang kita selalu mempertanyakan apa yang membuat kita melakukan sesuatu.. keep in post
makasih mas purwo, saling mngingatkan wae..hehehe
Kayaknya bang fatir dan fitri masih belum paham juga, atau memang mereka salah satu orang yang suka bikin status apapun yang sedang mereka kerjakan termasuk sholat
jadi merasa tersindir dengan blog ini
Kemarin sy liat salah satu orang di bbm sy bikin status, bahkan foto memeluk Qur’an dan dijadikan DP Instagram dan BBM, itu mungkin lagi senangnya (baru kali ini melaksanakan) karena sy tau dia orangnya bagaimana. Di hari-hari kemudian
status2 begitu udah gak pernah dia buat lagi, “loh kenapa? Udah berhenti sholatnya?” Dan saya liat Instagramnya pun, DP sudah diganti (mungkin bosan, atau mulai kafir lagi) MashaAllah
Sekarang sudah zamanya..saya sependapat dengan tulisan di blog ini. Tetapi memang ga bisa di pungkiri sekarang udah begini zamanya..yang terpenting positif tingking aja. Emm..kalo boleh kasih contoh gini..Si A update status : “akhirnya saya selesai juga melahap juz 30″ nah..kita berpikiran positif aja .tujuan dia kasih contoh ke temen,adik,saudara atau anak..lhah kalo kita negatif tingking emah iyo..pasti dlm ht “ibadah kok di bikin status, ga iklas” biari aja di bikin status toh kita ga bs tau niatan dia..maf kalo tidak berkenan
Riya’, ikhlas itu adanya di hati mas, kita hanya bisa menghakimi seseorang dari yang nampak saja. Makanya ditulisan tersebut saya mengajak diri kita masing masing untuk merenungi kembali, update status yang kita lakukan itu bakal bisa menjerumuskan kita ke dalam perkara riya’ atau ga, klo ternyata ga, ya silakan saja, lanjutakan aja. Tugas kita adalah berhati hati, jangan sampai ibadah yang tadi nya kita lakukan dengan sungguh sungguh jadi terhapus pahalanya karena hal sepele (update status) yang justru menimbulkan riya’. Maka nya yang mengecek bukan orang lain, tapi kita yang melakukan update status, misal saya update status : “akhirnya saya selesai juga melahap juz 30″, ada rasa senang atau bangga ga ketika ada orang yang like, atau memuji? atau justru merasa sedih, ketika ga ada yang like atau memuji, bukankah kita hanya berharap penilaian Allah daripada penilaian manusia? Wallahu’alam bi showab.
untuk memotifasi teman-teman yang lain,,,
Saya rasa klo emg untuk memotivasi, ada kata-kata yg lebih baik dan mengena, seperti menyampaikan fadilah – fadilah dari amalan tersebut (Lebih bagus ada dalilnya biar lebih yakin). Daripada model-model status seperti di atas yang lebih menonjolkan sisi ke-aku-an.
Coba kita kembali bertanya kepada diri sendiri adakah rasa bangga ketika orang lain mengomentari status kita? dalam hati, “ahh akhirnya ada orang lain yang tahu puasa saya hari ini”, “ahh, akhirnya ada yang tahu shalat tahajjud saya semalem”, “ahh, akhirnya ada yang tahu bla bla dan sebagainya” pastilah ada rasa bangga diri walaupun sedikit. Subhanallah.
Namun itu kembali kepada niat masing-masing seperti yang saya sudah sampaikan karena ini masalah hati, dan semoga apa yang niatkan untuk memotivasi itu benar – benar untuk memotivasi, tidak ada tendensi lain. Hanya Allah lah yang Maha Membolak Balikkan hati, dan hanya Kepada-Nya lah kita meminta petunjuk dan pertolongan agar semua amalan yang kita lakukan terhindar dari sifat riya’, sum’ah dan ‘ujub. Amin
Saya berkata spt ini bukan berarti saya orang yang paling ikhlas dlm beribadah, saya pun juga sedang belajar.
subhanallah,, apik mas…. maturnuwun sudah diingatkan.. semoga kita selalu bisa menjadi hamba yg ikhlas,, aminn ^_^
makasih atas artikelnya ijinkan saya menyebarkan ini.. Syukran/…
subhanallah
semoga kita semua terhindar dari segala penyakit hati,
ijin untuk d share y akh
jazakallah
mantab bro…. izin share….
Sangat bermanfaat.
Mohoin izin copast dan share.
Syukran katsiir….
seperti pikiranku ,ketika aku membaca status temen2ku di fb.
mas..klo sholat shubuh di kamar kosan trs bacanya dikeraskan dengan maksud agar membangunkan tetangga kos untuk shalat shubuh termasuk riya juga ya? kalau mau bangunin langsung ga berani soalnya mereka wanita.
Bismillah,
Riya’ itu adanya di hati, jadi klo pas sholat kok di dalam hatinya terbesit misalkan, “aku paling rajin nih sholat subuh nya”, ato “kayak aku dong, yang ga pernah kelewat sholat subuh nya” nah kayak gitu yang bisa menjadikan riya’.
Adapun misalkan ingin membangunkan tetangga kost untuk sholat subuh, sebaiknya ya dibangunkan saja, karena disunnahkan untuk membangunkan orang tiudr untuk mengerjakan sholat, niatkan diri untuk saling mengingatkan dalam urusan ibadah dan kebaikan.
Wallahu a’lam bissawab
kalau saya tak akan mempermasalahkan….
ibadah itu juga ada tingkatannya…
Syukorn mas sudah mengingatkan boleh izin share?
Sama sama, silakan dishare sekiranya bermanfaat
Ijin share ya
setuju banget sama artikel di atas..
jika ingin menulis status untuk memotivasi orang, tulislah kata2 berupa ajakan atau kata2 yg menjelaskan fadilah2 dari amalan tsbt.. tanpa menonjolkan sisi ke’aku’an nya
ijin share ya mas,
Izin copas ya mas..
Silakan, semoga bermanfaat…
Subhallah… Mksh ya mas udh diingatkan… jd tambah pengetahuan nya… ijin share ya mas…
Izin Copas Mas
Sukron
sy biasa tulis status di dp BBM…tp sy sertakan gbr fadilah malam jum’at melaksanakan sunah2… lalu sye tulis : Alhamdulillah….Sr Kahfi & Sr Yasiin…. tpi Insya Allah dr lubuk ht yg pling dlm tak ada maksud riya’… mslhnya sye ikut LIQO’ kita disuruh Magrobi utk saling mengingatkan, memotivasi…katanya boleh ibadah d syiarkan… gmn tu? mohon penjelasannya..
Bagus apa yang kamu posting meski w pegel bacanya tapi it’s ok
Assalamualaikum mas…
Izin share nggeh…
Alhamdulillah
Tulisan yang bermanfaat mas,
Saling mengingatkan
Makasih banyak kk informasii diatas, informasinyaa bagus bnget.. jdi saya bisa mengingatkan tmn2 saya, apakah artii ibadah sesungguhnya tnpa diketahui oleh orang lain..
Bismillaah
Share yang bagus, tapi saya juga harus meluruskan “sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niatnya”, kita tidak bisa menebak hati seseorang, terkadang kita terlalu memvonis sesuatu yang kita tidak ketahui. Bisa jadi kita saat ini membuat tulisan mengenai status-status yang pernah dibuat oleh orang lain (walaupun itu bagus untuk saling mengingatkan). Namun bisa jadi orang akan mengatakan hal yang sama kepada kita..”aahh.. buat tulisan itu biar nampak orang berilmu..” atau apalah yang akan kita dengar kan…
Hati manusia tidak ada yang tahu, dan janganlah kita terlalu menduga-duga dengan hati orang lain.
Yang harus kita lakukan saat ini, sama-sama menjaga niat, menjaga hati kita, menjaga kemurnian ibadah kita.
Jaga niat setiap saat, perbaiki niat setiap saat.
Wassalam
Benar sekali mas Reza, hati orang tidak ada yang tahu. Kita hanya bisa menilai dari yang nampak. Maka di tulisan di atas saya menuliskan, cobalah tanya kembali ke diri masing masing niat apa yang mendasari misal menulis status seperti yang ada di atas. Karena riya’ pun juga letak nya di dalam hati, jika memang kemudian menuliskan status status macam di atas dan tidak ada sedikit pun niat untuk menampak nampak kan, pamer atau apapun itu yang kemudian bisa menjatuhkan diri ke dalam riya’ maka tidak mengapa. Namun tugas kita juga berhati hati jangan sampai terjerumus kedalam hal hal tersebut. Wallahu’alam bi showab. dan Terimakasih atas masukannya mas… Jazakallah Khoiron.
sangat bermanfaat sekali artikelnya…
)
Mohon maaf sebelumnya,
Jika kita membangunkan seseorang untuk mengajak sholat malam, apakah mungkin di hati ada terbersit sifat Riya menurut anda?
Semisal yg di ajak sholat malam ini bukan muhrim.
Mohon jawaban dan pendapat anda
Terimakasih
yang bisa menjawab tentunya adalah anda sendiri, karena manusia tidak bisa menilai apa yang ada di dalam hati, sedangkan riya’ adalah perkara hati, manusia hanya menilai dari apa yang nampak. Maksa seperti tulisan saya di atas, mengajak kita, coba tanya kembali apa tujuan kita misal memamerkan ibadah tersebut, jika kita khawatir bakal jatuh ke dalam riya’, maka kita hindari. Tapi jika memang yakin bahwa itu tidak akan menjerumuskan kita ke dalam perkara riya’, maka tentunya tidak mengapa. Wallahu ‘alam bi showab
Asstaghfrrlh
Baru aku ngrti
Bermanfaat sekali mas artikelnya… izin share y mas…, jazakallah…
sangat bermanfaat….
Makasih mudah2an berkah buat aku,, insyaalloh yg aku lakukan ikhlas karna alloh
Izin share ya …
Izin share ya … mas
Tulisannya sungguh bermanfaat.
Salah satu renungan buat kita semua walaupun manusia tempat salah dan khilaf.tapi jangan terperdaya dengan alasn tsb.semoga kita di jauhkan dari “Mati Hati”yaitu org2 yang tidak mau di beri petunjuk atas ayat ayat al-qur’an dan menolak amalan kebaikan.naudzubillahimdzalik
Setuju… Ibadah itu privasai bukan publikasi
Yg penting tidak riya’ itu aja,,gk pa2 nunjukin kebaikan sapa tau yg lain ikutan malah bagus,,
Saya selalu buat status seperti ini “SELAMAT IBADAH SHALAT MAGRIB, matikan dulu 5menit hp nya untuk bekal diakhirat.
#5menit_untuk_akhirat”
terkadang saat ada yang berkomentar saya merasa senang, karena saya berhasil mengajaknya untuk beridah.
Apakah itu perbuatan yang termasuk kedalam riya atau saling mengingatkan? Tapi insya Allah saya membuat status itu cuma bertujuan untuk mengajak kejalan Allah.
Terima kasih
Syukron.. memang saat ini luar biasa tantangan ketulusan menjalani hidup, teknologi semakin canggih, manusia mengira bahwa kemudahan yg diciptakan dapat sangat bermanfaat, padahal syaiton jg makin canggih memanfaatkannya. Photo dan status dipasang agar teman/sodara/orglain “mengetahui”, tapi yg sering jd salah kaprah itu Profile Picture yg sejatinya spt KTP/SIM/Paspor jd foto yg berubah-ubah macam2 (bukan identitas diri pemilik). Dan status yg sejatinya adalah memberitahukan sedang sibuk mohon tidak mengganggu dgn chat nya dulu, jd papan pengumuman sindiran atau bahkan pameran. Astaghfirullahaladziim..
Syukran (y)
Riya’ itu letaknya dihati… ikhlas juga letaknya dihati… innama a’malu binniyat…. niat juga pekerjaan hati… maka jagalah hati jangan kau kotori… jagalah hati lentera hidup ini… lho kok malah nyanyi…. xixixixi
subhanallah, bermanfaat banget.
dan mas Dian bertanggung jawab banget atas postinganya..
izin share
Bermanfaat sekali mas izin share mas
Terima kasih buat yang ngepost
Postingan yang sangat bermanfaat.
dikembalikan keniat kita saja.. kalau niatnya mengajak untuk kebaikan saya rasa gak apap2.. Tapi kalau niat kita untuk diliat atau dikagumi orang itu memang bahaya,karena sudah riya..Allah lebih tau apa yg kita lakukan..
“Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”(Q.S Al-baqarah:216)
“Dan hendaklah ada diantaramu segolongan umat yg mengajak (manusia) kepada kebaikan,menyeru kepada Allah yg ma’ruf dan mencegah yg munkar,dan mereka itulahorang2 yg beruntung” (Q.S Ali-Imran:104)
Aku prnah tulis status kek gtu, wahh hilang dong pahalanya,, yaaahh
mantap ulasannya mas, memang begitulah kita. Segalanya ingin eksis
ass..maaf sebelumnya, kalau menurut saya ,riya atau tidak itu tergantung dari hati sih mas, kalau sebatas update status di bbm atau di fb, jika niat kita untuk mendapat pujian dari orang lain, jelas itu akan membuat hangus amal atau ibadah kita,namun jika sebatas mengingatkan atau memotivasi ,itu sah sah saja, pda dasarnya semua ada di dalam diri kita, untuk membuat update’an itu, iklas untuk memotivasi atau untuk pamer, allah yang tau niatan kita mas, mungkin saja orang lain yang baca update’an itu, akan terbangun dan sadar, atau bahkan bertanya’, apakah iya dengan kita sholat tahajud dimalam hari itu membuat hati kita tenang,jika update’nya tentang sholat tahajud,atau mungkin dengan update” yg sifatnya religi ,saya sedikit cape jg sih untuk jelasinnya, tapi intinya klo menurut saya sah sah saja, jika niat kita untuk memotivasi,mungkin jika dengan cara lain contoh :kita melakukan jaulah atau berdakwah kepda orang” disekitar yang bertujuan untuk menjalankan perintahnya(allah) tidak semua orang setuju atau suka dengan cara kita berdakwah, nah ini jga tergantung cara pendekatannya sih, intinya menurut saya sah sah saja sih,sebenarnya masih bnyak yang belum saya sampaikan ,namun sepertinya saya sudah sedikit pegel nih buat ngetiknya. he he he ,wasallam
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, sepakat mas, riya’ atau niat itu memang ada di hati. Dan kita hanya bisa menghakimi orang dari apa yang kita lihat saja, maka nya ditulisan tersebut saya mengajak untuk merenungi kembali niatan awal kita ketika update status tersebut, untuk menonjolkan sisi ke-aku-annya atau bukan, bisa menjeremuskan kita ke dalam perkara riya’ atau tidak. Kalau ternyata tidak ya silakan dilanjutkan. Intinya tulisan ini bertujuan saling mengingatkan untuk berhati berahati saja. Terimakasih mas diskusi nya. Barakallahu fiik
Setuju mas bro, karena riya’ itu sangat halus, krn itu kita semua harus sangat hati hati atas tipu daya syetan, walaupun niat kita utk mengajak org lain utk melakukan kebaikan seperti yang kita update tp sedikit aja terbesit riya’ dalam hati maka sia-sialah semuanya, wallahua’lam bissowab…
Maaf saya mau bertanya , apabila saya membuat status di social media mengenai ayat alquran beserta terjemahannya , niatnya untuk mengingatkan tentang ayat alquran apakah di perbolehkan , misal saya menulis surat al ikhlas beserta terjemahan tanpa di ikuti embel2 yg lain apakah di perbolehlan ? Butuhkan tnggapannya terimakasih
Jawab min
Ilmu saya belum sampai untuk membolehkan atau melarang mas. Tapi klo melihat dari beberapa ustadz yang saya kenal beliau beliau juga banyak yang update tentang ayat qur’an disertai dengan tafsirnya atau kondisi yang berkaitan dengan ayat tersebut atau nasihat nasihat untuk umat. Wallahu’alam bi showab.
Ijin shert ilmunya bang
Tidak ada maksud apapun selain untuk saling mengingatkan kepada kebaikan
Hanya lewat media sosial kita sesama muslim dapat bersilarurahim,tidak perlu menjudge segala bentuk ajakan kebaikan itu dengan hal2 yg dpt mengurangi semangat ,biarkan mereka mengekpresikan semangat itu dlm bentuk yg sederhsna,yg saya yaqin mereka itu ikhlas
Berpositif thinking saja ,semoga Allah SWT selalu memberikan jalan kemudahan kepada kita semua dalam menjalankan ibadah kepadaNya
Sehingga kita termasuk dlm golongan orang2 yg beruntung baik di dunia maupun di akherat kelak,Aamiin
Fastabiqul khairat
haha riya itu lembut, lebih lembut dari pda langkah semut, dimalam hari, yg berjalan diatas Batu hitam yg sangat gelap pekat.
Mohon ijin Ambil videonya mas Trimakasih..
Kalau menurut saya.. gak masalah itu .. dari pada nyumbang 10.000 pake nama hamba Allah.. mending 2000.000 tapi pake nama sendiri. Mungkin saja. Yg 10.000 ini supaya namapa ikhlas pake nama hamba Allah. Sedangkan 2 juta tadi. Tidak menghiraukan pahala yg di pikiran nya hanya sumbang. Tpi dia ikhlas apa adanya. Jadi kalo menurut saya kau harus belajar lagi. Malah kau yg sebenarnya menghilangkan pahala mu sendiri.. dan cocoknya kau yg menanggung dosa dosa setan
Terima kasih , masukkan yg bermanfaat mz, bener banget saya sepakat dg tulisan ini,
Bagus sekali artikelnya mas. Makin canggih zaman makin canggih juga cara iblis menjerumuskan cucu adam. Sampai hal yang terlihat sepele seperti ini yang sering bersliweran di medsos tak kita sadari. Sekali lagi ini artikel yang bagus untuk dibaca.
Terimakasih,, untuk informasinya mas,,, saya sangat setuju
dgn tulisan inii…
Saya sangat setuju dengan artikel di blog ini, semangat bro
syukron atas teguran nya,sangat bermanfaat dan mengingatkan sekali ajan perbuatan yg seharus nya tidak boleh kita lakukan,walau niatnya mungkin baik tp tempat waktu ny yg salah,dan memang bebar beribadah seharus nya tak di umbar di sosmed .
saling mengingatkan aja intinya… blog ini tujuannya pasti mengingatkan org2 yy demikian termasuk saya… terima kasih sudah mengingatkan dan berbagi… semangat terus gan…
Bagaimama memperlihatkan amalan baik tujuan bukan untuk pamer atau riya tetapi untuk memotivasi org lain agar melakukan hal kebaikan yg sama??? Bolehkah??