Nyobain Grab Car
Hari ini kantor ada agenda meeting di tiga tempat di Jakarta di waktu yang hampir bersamaan, karena tidak memungkinkan perwakilan untuk mendatangi tiga tempat tersebut, akhirnya berangkatlah kami satu rombongan dari Bandung ke Jakarta, dan karena tempat nya yang tidak sejalur dan menyebar, kami diturunkan di Gatot Subroto untuk lanjut ke urusan masing masing, saya dan teman ada urusan ke Perpusnas jalan Salemba Raya, maka harus lanjut perjalanan dari Gatot Subroto Kuningan ke Salemba.
Pertengahanan tahun kemaren sempat nyobain naik uber di Bandung, dan kali ini penggennya juga mau naik uber aja, tapi pas pesan kok malah dapat petir (tarif yang lebih mahal pada waktu dan tempat tertentu). Tiba tiba keinget, pas hari minggu kemaren main ke tempat temen di Kelapa Gading, lihat ada baliho besar ngiklanin Grab Car yang beberapa waktu lalu diluncurkan. Mumpung di Jakarta, ya udah akhirnya dicobain lah naik Grab Car, dari Depnaker ke Perpusnas. Soal sistem saya rasa mirip mirip lah ya dengan aplikasi transportasi online lainnya, untuk perjalanan kali ini dari Depnaker ke Perpusnas dikenakan biaya 28 ribu, cukup murah dibandingkan harus naik taksi argo. Pun pulang nya dari Perpusnas ke Lotte Shoping Avenue di Kuningan, kami pilih naik Grab Car lagi, kebetulan sore tadi hujan turun deras, ahh nikmatnya ada teknologi, klik klik mobil udah datang sendiri, murah lagi, cuma 24 ribu di sore nya Jakarta yang macet.
Dari dua driver yang saya tumpangi tadi, salah satunya memang full time untuk jalanin Grab Car, selain bisnis Rental yang selama ini udah jalan. Satunya lagi sampingan, kerjaan sehari hari di EO, kalau sedang tidak ada event, dia narik Grab Car, dan mobilnya pun masih mulus, turun baru 1 bulan setengah yang lalu. Dari dua driver saya tanyain, kenapa kok milih daftar Grab Car daripada Uber, keduanya ada jawaban yang sama. Yap, Grab Car bisa bayar cash, itu yang jadi alasan saya juga kenapa lebih memilih memakai Grab Car, karena saya sendiri bukan pemegang kartu kredit. Disinilah fleksibilitas atau penyesuaian sistem bisnis diperlukan. Uber dengan sistem payment nya yang keukeuh hanya lewat kartu kredit, telah membatasi potensi pasar mereka. Grab Car sebagai pesaing lebih fleksibel penetrasi ke pasarnya, dia berikan alternatif bagi para fakir kartu kredit seperti saya ini untuk tetap bisa merasakan kemudahan transportasi dengan kemajuan teknologi ini. Pun dari sisi driver nya lebih memilih sistem pembayaran yang disediakan oleh Grab Car ini.
Saya sendiri kurang tahu kenapa uber yang lebih dulu masuk sampai saat ini belum menyediakan pembayaran cash, minimal sistem deposit, akhir tahun kemaren sempat ada kabar uber sudah melakukan uji coba pembayaran cash ini. Hipotesa saya sih, mungkin terkait bagi hasil, jadi dari transaksi yang didapat, uber bisa langsung potong untuk ambil bagiannya. Saya sempat tanyakan juga ke driver Grab Car, dengan saya bayar tunai, apakah ada kewajiban dari driver untuk setor bagi hasil ke pihak Grab Car, dan kata driver nya ga ada setor ke Grab Car. Hhhhmmm… (sambil mengernyitkan dahi, lha terus Grab Car dapat untung nya darimana ya?), sampai kemudian sang driver cerita bahwa hasil yang dia dapat tidak hanya dari transaksi, tapi ada juga bonus dari pihak Grab Car ke driver, dan bonus itulah yang sebenarnya cukup menguntungkan, karena kalau tidak ada bonus, nilai transaksi bakal impas dengan biaya operasional katanya. Dan…. dari bonus yang ter akumulasi itulah nanti ada pemotongan dari pihak Grab Car. Tetap mengernyitkan dahi, sambil ngomong dalam hati, terus mereka ini (Grab Car) dapat untung nya dari mana coba.
Terlepas dari mana mereka mencari untung, tapi ada hal baru yang muncul dari kehadiran Uber, Go-Jek, Grab Group (Grab Taxi, Grab Bike, Grab Car) ini yaitu meningkatnya taraf hidup sebagian orang Indonesia, self-employee tapi saya lebih seneng menyebutnya sebagai mikro entreprenuer. Hari minggu kemaren saya sempat naik Go-Jek, kok di jemputnya pake CBR 150, setelah ngobrol ngobrol ternyata profesi driver nya adalah seorang Koki di Hotel dari pagi sampai sore, jadi dari jam 4 pagi – nanti masuk kerja dia sempatkan buat narik gojek pun demikian sore selepas kerja dia sempatkan narik gojek sekalian pulang. Meski disisi lain juga ada yang terkorbankan, seperti cerita driver Grab Car yang pertama, dia bilang, “Tapi kasihan juga mas, taksi sekarang jadi pada sepi order, lebih pada milih naik yang ginian”. Yes, pada akhrinya kamu akan dihadapkan dengan kondisi untuk memilih beradaptasi, begabung dalam euforia lesatan teknologi, bersaing lalu bisa bertahan, atau lebih memilih acuh terhadap perkembangan dan secara perlahan tersingkirkan.
Yaa Allah jadikan kami saluran rejeki dan jembatan manfaat bagi orang lain melalui karya karya yang kami kerjakan. Aamiin..
Mereka melakukan praktek bakar uang, untuk mematikan moda tranpotasi yg sudah ada. Setelah tranpotasi lain mati baru mereka cari untung… sekarang tinggal pake hati nurani saja… kita bayar murah, tapi ingat mereka tdk ada kontribusinya buat negara ini…
Bapak gatot, mmang mobil plat hitam pajak kendaraannya gratis ya, lebih besar dr pada plat kuning, kir hanya 75 k, pjk 1/4 dr mbl plat hitam….izin trayek 250 – 500k…..jumlahnya mshbkurang dgn pajak plat hitam yg lebih dr 1 jt, pak…..bapak melihat kontrubusinya kenegara yg mana pak…kami org kecil yg ingin punya usaha…kami ambil mobil cicilan dgn mengasuransikan penumpangnya juga….argo kami dibawah kewajaran angkot, bus, kereta, taxi…..knapa harus pusing pak gatot, rezeki kita nga kemana pak, disini fair tdk ada yg korupsi…..
apapun itu, orang termasuk saya dan anda, sadar, ini PR buat pemerintah, ga usah nanya knp, dan… murah jd pilihan no.1 buat mayoritas kalangan, jd ya bikin murah taksi bisa? bisa… selalu ada jalan keluar… tinggal pemerintahnya doang, mau gak? komitmen dengan UUD 45, yg ada, duit pajak kita di KORUP, jd jgn protes .. owles aja.. rezeki masing2x lah, gak suka ya ga usah.. simple
Cobain pak narik taxi online
Pak Gatot, melakukan praktek bakar uang darimana? Sekarang hampir semua kita ikuti kemauan pemerintah yang mengada ada menurut saya, mobil pribadi dipakai karena sewa, buka sebagai angkutan umum yang jelas mereka punya trayeknya masing masing. kita semua bayar pajak setiap tahunnya jauh lebih besar dari angkutan umum yang ada. kelayakan kendaraan jauh lebih baik dari pada angkutan umum yang ada. Saya fikir, ini hanya bualan orang bodoh yang tidak bisa menerima teknologi berkembang disertai harga yang tidak menguras kantong. Dan jelas ini bualan para orang yang tidak mampu atau kalah bersaing dalam inovasi yang ada sekarang. Berapa puluh juta jiwa yang ada di pulau jawa, mereka bebas memilih untuk menggunakan apa. Saya fikir anda terlalu munafik sebagai rakyat kecil melihat KORUPSI sebagai angin lalu tetapi hal seperti ini anda komentari seperti itu. Kontribusi untuk negara jelas jauh lebih layak dibandingkan dengan angkutan umum di daerah daerah. Coba cerdas sedikit jika ingin mengomentari sesuatu.
setuju bang Dhimas..
Mau tanya,apa bs ya order grabcar dr jakarta ke bandung/puncak ??
Kalau dr aplikasinya sih bs..
Tp apa ada yg mau ya drivernya ?
Bisa nggak nya sebenarnya tergantung driver mau ambil atau ga, selama masih dalam cakupan rute, bahkan di dalam kota pun belum tentu dapat, pengalaman saya dari Kelapa Gading ke Matraman aja pernah nunggu ada driver yang ambil sampe 1 jam an.
dari jakarta ke puncak atau ke bandung?? saya sebagai driver geleng2 kepala… boleh lah murah tapi pake hati nurani juga… coba sis pesen uber… pas kita pesen uber driver ga tau bakal ke mana… soalnya ga tertulis di aplikasi.. pasti dia Terima… kalau ga diterima penumpang kasih rating jelek dia ga akan dapet insentif… ini hanya opini ya… jangan di ambil hati… bukannya mengeluh… hanya ingin kita instropeksi diri dan bisa melihat hal lain dari sudut pandang yang berbeda…
terima kasih
Pengalaman saya kemarin pake grab car cepet, namun harganya dapat berubah dengan cepat padahal dengan tempat penjemputan dan tujuan yg sama, saya coba dari bandung ke cianjur awalny 270, tp 30 menit kemudian jd 325 dan 30 menit kemudian nya jadi 527 beberapa menit kemudian jd 386, namun pada kenyataan nya karena kasian dari cianjur nya ga ada yg pake grab sampe balik k bdg jd saya lebihin tuh ga sesuai di tarif nya, karena pelayanan nya yg OK